Refleksi Teologis: Mengangkat Harkat dan Martabat Perempuan

PERANAN PEREMPUAN DALAM MELAKSANAKAN MISI KERAJAAN ALLAH DI DALAM DUNIA REALITAS

Oleh: Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA

A. PENDAHULUAN

Para teolog, pengkhotbah, para pendeta, gembala dan gereja pada umumnya, dari waktu ke waktu, dari abad ke abad,  sampai sekarang ini, perempuan dipersalahkan dan direndahkan  karena dinilai penyebab kejatuhan manusia ke dalam kuasa Iblis dan kuasa dosa. Atau dengan pandangan lain, perempuan atau Hawa tidak taat dan melanggar perintah TUHAN.  Tetapi, menurut teologi yang saya pahami bahwa pandangan merendahkan perempuan selama ini keliru dan salah. Perempuan dipersalahkan sebagai penyebab kejatuhan manusia,  apabila Hawa  pada saat itu diam dan tidak berbuat apa-apa, dan tidak  melakukan perlawanan atau penolakan atas tawaran atau godaan Iblis. Hawa adalah perempuan hebat dan luar biasa,  karena ia tidak langsung menerima tawaran dan godaan Iblis, tapi Hawa dengan berani berdiri mempertanggungjawabkan perintah TUHAN  dengan cara menentang  dan menyampaikan kepada Iblis tentang perintah TUHAN. Hawa sudah berusaha dan berjuang dengan memegang teguh pada perintah Tuhan dan menyampaikan kepada Iblis.

“Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati” (Kejadian 3:2,3).

Saya juga sangat tidak setuju dengan pemahaman  teologi yang salah dan keliru yang merendahkan martabat kemanusiaan perempuan dengan menempatkan perempuan sebagai kaum yang lemah dan tidak kuat. Pertanyaan saya ialah ukuran (barometer) apa yang digunakan laki-lali selama ini, bahwa perempuan itu kaum yang lemah dan tidak kuat?  Menurut keyakinan iman saya, perempuan memiliki kemampuan dan kesanggupan yang hebat diluar batas-batas jangkauan hikmat dan kemampuan yang dimiliki laki-laki. Karena perempuan adalah pemegang kelangsungan kehidupan manusia. Dengan kekuatan perempuan yang hebat,  mereka memelihara kehidupan manusia dari bayi manusia selama sembilan bulan dalam rahim. Dengan kemampuan yang luar biasa perempuan memelihara anak-anak dan mengurus Rumah Tangga. Saya katakan hampir 75% Rumah Tangga dikendalikan oleh perempuan dengan kemampuan yang hebat dan keluhuran hati dan kejujuran mereka.

Fakta sejarah membuktikan bahwa dari keluarga yang bercerai, biasanya, hampir 90%, ibu-ibu selalu memegang peranan penting dan mengambil kendali kehidupan sebagai ayah atau ibu tunggal (single father/mother) untuk melindungi, memelihara, mendidik dan membesarkan anak-anak mereka. Perempuan-perempuan yang bercerai mempunyai semboyan hidup sebagai kekuatan nurani suci mereka, yaitu: “ada bekas atau mantan suami, tapi tidak pernah ada bekas atau mantan anak.”  Dari semboyan ini, kita harus “aminkan” lagu: “dalam doa ibuku kudengar namaku disebut.”

Dari uraian ini meyakinkan kita bahwa perempuan bukan kaum lemah, bukan juga penyebab kejatuhan manusia dalam kuasa Iblis dan dosa. Jadi, perempuan jangan disudutkan, direndahkan, dipinggirkan karena perempuan adalah pemegang kehidupan manusia yang memiliki talenta, karunia dan kekuatan iman, rohani dan moral. Perempuan mempunyai kekuatan yang sangat mulia, yaitu:  ketulusan hati, keluhuran jiwa, kelembutan hati, kerendahan hati, penuh pertimbangan, bertanggungjawab, kehati-hatian dan tidak pernah menuntut balas dari anak-anak mereka yang sudah berhasil walaupun perempuan-perempuan sudah tua dan berada dalam keadaan susah dan sulit.  Perempuan melihat dan menjiwai anak-anak dari mata hati dan mata iman mereka. Benarlah lagu: “Kasih ibu kepada beta bagai sang surya meninari dunia.”

Jadi yang disebut kata “manusia” dalam Alkitab itu bukan hanya laki-laki, tetapi juga perempuan.  Penghormatan dan penghargaan serta pengakuan kepada kemampuan perempuan harus didasarkan pada kehendak Allah melalui penciptaan, bukan karena kekerasan dan kesombongan hati laki-laki. Dan juga, jangan kita menafsirkan firman Allah secara sempit dan terpisah, tapi penafsiran Firman Allah harus utuh supaya pengertian kita juga utuh sesuai maksud TUHAN, tapi bukan kepentingan laki-laki. Kita harus mengerti perkataan Allah pada saat menjadikan manusia pertama. Kejadian pasal 1 ayat 26, Allah mengatakan: ….Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” Selanjutnya, pada pasal 2 ayat 18,  Allah mengatakan: “…Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

Para teolog, pengkhotbah, para pendeta, gembala dan gereja pada umumnya,  dari waktu ke waktu, dari abad ke abad sampai sekarang ini, hampir mayoritas laki-laki, sehingga dalam menulis buku-buku teologi, biografi dan menafsirkan Alkitab selalu berorientasi pada keegoaan laki-laki dan mengabaikan pentingnya peranan perempuan  yang  sesuai dengan kehendak Allah.

Sudah sejak lama terbangun teologi dan penafsiran Alkitab bahwa perempuan diambil dari salah satu rusuk laki-laki, seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, sebagai berikut:

“Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak: ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nya-lah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu” (Kejadian 2:21-22).

Para teolog dan para pendeta selalu terjebak dan merendahkan kemampuan perempuan dengan kalimat, “…salah satu rusuk daripadanya….” tanpa melihat dan memperhatikan perkataan TUHAN Allah, “…Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1:26), dan ” Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18).

Kata kunci dan penting yang kita tegakkan dalam penafsiran Firman Allah, yaitu: “menjadikan”, bukan “salah satu rusuk.”

Kesalahan dan kekeliruan dari waktu ke waktu, dari abad-abad, di dalam penafsiran Firman Allah yang merendahkan dan meremehkan serta menghinakan peranan  kemampuan perempuan sebagai manusia, ketika kita melihat dan mata fokus pada kalimat bahwa perempuan diambil dari “salah satu rusuk laki-laki.”

Tetapi, pada saat kita melihat peranan perempuan dari kata “menjadikan” di pasal 1:26, pasal 2:18, maka, kita melihat perempuan adalah manusia utuh yang dijadikan atau diciptakan Allah bersama-sama dengan laki-laki, supaya laki-laki dan perempuan berkuasa.

Lain hal, perempuan direndahkan dan disebut kaum lemah, kalau perempuan itu dijadikan sebagai penolong laki-laki yang sepadan diluar dari yang bukan manusia. Artinya, laki-laki tidak selalu dan terus menjadi penguasa atas perempuan. Karena perempuan juga dijadikan manusia oleh TUHAN.

Kita perlu perhatikan: “… dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki” (Kejadian 2:23).

Lebih tegas dan jelas dari kata ” menjadikan dan menciptakan” , kita lihat yang tertulis: ” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:27).

Dalam tulisan ini, yang penulis ingin sampaikan di sini ialah ada dua prinsip yang diajarkan dan ditetapkan TUHAN Allah untuk manusia, yaitu laki-laki dan perempuan yang tidak dipernah diperhatikan dan diteliti dengan baik dan benar untuk dijadikan sebagai pedoman iman, pijakan, pegangan dan dasar hidup laki-laki dan perempuan , yaitu kuasa dan berkat dari TUHAN  anugerahkan sebagai kekayaan ilahi dan juga jasmani.

  1. TUHAN Allah memberikan kuasa kepada laki-laki dan perempuan.

Laki-laki dan perempuan yang diberikan kuasa dan mandat penuh dari TUHAN Allah untuk menguasai seluruh ciptaan TUHAN.  Kejadian 1: 26 dengan jelas: “….supaya mereka berkuasa atas…..” lebih lanjut, TUHAN Allah memberikan tugas kepada laki-laki dan perempuan “…untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden” (Kejadian 2:15).

Parhatikan baik-baik. Kuasa TUHAN Allah ada pada laki-laki dan perempuan untuk menguasai atas seluruh ciptaan TUHAN, bukan untuk saling menguasai dan menindas dan meremehkan sesama manusia. Kuasa dan mandat Allah sangat jelas dan tegas, yaitu hanya untuk menguasai, mengusahakan dan memelihara seluruh ciptaan TUHAN. Firman TUHAN yang hidup ini sangat jelas, manusia tidak menguasai manusia. Artinya, laki-laki tidak menguasai perempuan, tapi mereka hidup bersama dan cocok sebagai manusia pemegang kuasa dan mandat TUHAN.

TUHAN Allah mengatakan: “….supaya “mereka” berkuasa atas ikan-ikan….”, tapi,  TUHAN Allah tidak mengatakan: “dia” berkuasa atas ikan-ikan…” TUHAN Allah mengatakan:”…mereka…
bukan …dia…” artinya  laki-laki dan perempuan, yaitu Adam dan Hawa.
Dari perkataan TUHAN Allah, “mereka”  dimaksud dengan Adam dan Hawa diciptakan dan dijadikan sesuai gambar dan rupa Allah. Jadi,  pijakan  “salah satu rusuk daripadanya” tidak bisa berdiri sendiri tanpa mengerti  lebih utuh dan lengkap” kata “Allah menjadikan atau menciptakan mereka, yaitu Adam dan Hawa.”

Ada kuasa TUHAN kepada mereka, laki-laki dan perempuan, tapi  ada satu pertanyaan besar bagi kita, yaitu, “…ia (Adam) tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:20). Pesan yang kita tangkap dan mengerti dari kutipan ini sepertinya bertolak belakang atau berlawanan dengan perkataan TUHAN: “…supaya mereka berkuasa… laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya…”

Tanpa kita mengabaikan pesan mendasar dari kutipan ini:  “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia (Kej. 2:18;…”ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia” (ay.20); ….”TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya” (ay.21);  saya berpendapat laki dan perempuan diciptakan sebagai manusia sesuai gambar dan rupa Allah dan mereka sama-sama diberikan mandat dan kuasa, yaitu:

“…supaya mereka (laki-laki dan perempuan) berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kejadian 1:26b).

Perlu ditegaskan dan tekankan kembali, walaupun sudah disebutkan di bagian ini dalam paragrap awal, yaitu: ” kuasa Allah kepada manusia laki-laki dan perempuan itu bukan untuk laki-laki menguasai dan menekan perempuan dan sebaliknya perempuan tidak menekan dan menguasai laki-laki dan lebih luas manusia tidak menguasai dan menindas manusia lain. Kuasa TUHAN kepada manusia sangat jelas, yaitu….”supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan…..dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (ay.26).

Kuasa TUHAN kepada laki-laki dan perempuan itu digunakan supaya nama TUHAN Yesus Kristus Raja Damai dan Pembebas dan Penyelamat dan Pemberi Hidup Kekal itu ditinggikan dan dimuliakan dan disebar luaskan dalam dunia realitas yang penuh dengan berbagai wajah dan tantangan ini. Kuasa itu juga digunakan untuk kehormatan martabat kemanusiaan, perjuangkan keadilan, perdamaian, kebebasan, dan harapan hidup yang lebih adil, manusiawi dan beradab.

  1. TUHAN Allah memberkati laki-laki dan perempuan.

TUHAN Allah memberkati laki-laki dan perempuan. Berkat ilahi kepada manusia (laki-laki dan perempuan) supaya mereka mempunyai keturunan untuk melanjutkan kuasa dan mandat yang diberikan Allah kepada mereka. TUHAN Allah menghendaki manusia harus ada keturunan dan keberlanjutan hidup manusia di bumi ini. Allah tidak menghendaki manusia hanya sampai Adam dan Hawa, tapi harus ada keturunan untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (seluruh ciptaan) yang ada di bumi ini.

Artikel Menarik Lainnya:

“Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kejadian 1:28).

Pemberian berkat dari TUHAN Allah jelas. “Allah memberkati mereka.”  TUHAN Allah tidak memberkati satu orang. Di sini,  TUHAN  menggunakan kata “jamak” yaitu “mereka”, tapi bukan kata ‘tunggal” , yaitu “dia”.

Jadi, laki-laki dan perempuan (mereka) sama-sama diciptakan TUHAN dan diberikan kuasa, supaya mereka berkuasa dan melayani bersama-sama, saling menopang, saling menguatkan dan meneguhkan.  TUHAN memberkati laki-laki dan perempuan supaya mereka melayani dengan kuasa untuk memberkati keluarga, gereja, masyarakat dan bangsa. Supaya dengan kuasa itu, laki-laki dan perempuan memberkati semua orang di tempat dimana mereka hidup, berada, dan berkarya dengan bersemboyan: “Hidup ini adalah kesempatan. Kuasa ini digunakan secara bertanggungjawab. Berkat rohani dan jasmani ini disebarkan dan dibagikan secara adil dan benar untuk sesama manusia supaya Nama Tuhan Yesus Kristus dimuliakan dan semua orang dihormati martabat kemanusiaan mereka.

B. LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SEPADAN/COCOK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengerti peran, tugas dan tanggungjawab perempuan dalam perspektif atau pandangan Alkitab. Ada dua prinsip yang perlu kita pelajari dan dijadikan sebagai pedoman, pegangan, keyakinan dan pijakan kita, yaitu:

Peran, tugas dan tanggungjawab perempuan dalam Firman TUHAN Perjanjian Lama; dan Firman TUHAN Perjanjian Baru, Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes; dan juga Surat-Surat Paulus. Artinya, kita harus melihat peran, tugas dan tanggungjawab perempuan yang tertulis dalam Alkitab untuk memperluas misi Kerajaan Allah dalam dunia realitas. Karena dalam pelayanan pekerjaan TUHAN di bumi dibutuhkan keseimbangan dan kesetaraan pelayanan antara laki-laki dan perempuan. Di hadapan TUHAN tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan, karena manusia, yaitu laki-laki dan perempuan diciptakan oleh TUHAN sesuai gambar dan rupa Allah sendiri.

Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa….” (Kejadian 1:26).

Lebih lanjut, Tuhan Allah berfirman:

“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18).

Ada kata penting, yaitu “sepadan”. Kata “sepadan” Alkitab dalam bahasa Inggris, The Holy Bible:New International Version di tulis “suitable” dan tidak ditulis “equal”.

Kata “suitable” dan “equal” hampir sama pengertiannya, tapi secara esensial tidak sama artinya.

Kata “equal” artinya “setara” atau “sama”. Sedangkan kata “suitable” mempunyai makna lebih dalam, yaitu “cocok” atau “sesuai”.

Kata “setara” dengan kata “cocok atau “sesuai” secara prinsip dan pemaknaannya  dan penggunaannya ada perbedaan pengertiannya. Karena itu, dalam Alkitab dipakai kata “sepadan, cocok, sesuai” dan tidak digunakan kata ” setara.”

Kata “equal” atau “setara” dapat disederhanakan pengertian, yaitu, “berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah.”  Dengan kata lain, laki-laki tidak bisa merendahkan martabat kemanusiaan dan kemampuan perempuan hanya karena berbeda jenis kelamin.

Tetapi, berbicara dengan kata “sepadan, cocok, sesuai” maka, laki-laki dan perempuan adalah ciptaan Allah yang unik dan tidak ada perbedaan di hadapan Allah.

Jadi, dalam keberadaan Adam dan Hawa yang “sepadan, cocok, sesuai”, maka TUHAN Allah memberikan tugas dan tanggungjawab suci dan mulia, yaitu mengusahakan dan memelihara taman Eden.

“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman  Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kejadian 2:15).

Mengapa taman Eden itu harus diusahakan dan dipelihara oleh Adam dan Hawa dalam kehidupan bersama yang sepadan, cocok, dan sesuai? Karena, seluruh ciptaan Tuhan itu suci, kudus dan sungguh amat baik dalam kekuasaan dan kedaulatan Kerajaan Allah. “Maka Allah melihat segala yang diciptakan itu, sungguh amat baik” (Kejadian 1:31).
Perintah Tuhan ini merupakan tugas dan tanggungjawab kolektif dan bersama-sama, bukan hanya tanggu gjawab tunggal atau person.

Bagian integral yang tak terlisahkan dari tugas dan tanggungjawab kolektif dan bersama-sama untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden, Hawa telah berjuang keras dengan kerahkan seluruh kemampuannya untuk mempertanggungjawabkan tugas dari Allah itu dengan menolak godaan atau tawaran Iblis di taman Eden.

Ular berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya bukan?” (Kejadian 3:1).

Hawa berusaha dan berjuang dengan memegang teguh pada perintah Tuhan. “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati” (ay.2,3).

Hawa berdiri kuat untuk taat dengan mempertahankan, memelihara  perintah Allah, tetapi Iblis melemahkan dan menjatuhkan manusia  dengan  menggunakan empat alasan yang tidak bisa ditolak oleh Hawa.

  1. “Sekali-kali tidak akan mati” (ay.4);
  2. “Matamu akan kerbuka” (ay.5);
  3. “Kamu akan menjadi seperti Allah” (ay.5);
  4. “Kamu tahu tentang yang baik dan yang jahat” (ay.5).  

Melihat dari tugas yang dijalankan Hawa patut dihormati karena Hawa sudah berjuang untuk taat pada perintah Allah, walaupun akhirnya Hawa kalah dan gagal dengan empat siasat godaan yang dipakai Iblis. Dalam posisi Hawa seperti ini, wanita atau perempuan tidak dapat dan juga tidak boleh diremehkan dan direndahkan, apalagi dihinakan.

Dari kejatuhan Adam dan Hawa ini, Allah telah mengambil kemuliaan-Nya dari Adam dan Hawa, maka mereka hidup tanpa kemulaan Allah. Allah juga telah mengambil kembali kuasa dan mandat untuk mempergunakan dan memelihara taman Edan.  Adam dan Hawa hidup tanpa kuasa dan mandat Allah dan mereka hidup dalam tawanan  kekuasaan Iblis dan kekuasaan dosa.

C. ALLAH HADIR DALAM RAHIM PEREMPUAN

Walaupun kemuliaan Allah yang ada pada manusia telah diambil oleh Allah pada waktu manusia jatuh dalam kuasa Iblis dan dosa, TUHAN Allah dengan kasih yang sejati dan sempurna tidak membiarkan manusia terus-menerus dibelenggu, ditawan, dikuasai oleh kuasa Iblis dan kuasa dosa. Allah rela berkorban untuk menyatakan diri-Nya dalam wujud Manusia sejati melalui perempuan benar, suci dan kudus, yaitu Maria.

Malaikat sampaikan kepada Yusuf tunangan Maria bahwa anak yang dikandung Maria dari Roh Kudus untuk membebaskan manusia kuasa Iblis dan kuasa dosa.

“Dia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1:21).

Malaikat Allah sampaikan kepada Maria, seperti yang dikisahkan dalam Alkitab, yaitu:

“Jangan takut, hai Maria, sebab engkau boleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaknya engkau menamai Dia Yesus” (Lukas 1:30-31).

Lebih lanjut, malaikat itu berkata kepada Maria: “Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kalahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (ay.35).

Respon Maria kepada malaikat TUHAN: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (ay. 38).

TUHAN Allah menghormati dan menghargai perempuan dan Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia dalam bentuk Manusia Sejati melalui rahim perempuan. Yesus Kristus, Mesias Anak Allah yang hidup dalam misi penyelamatan dan pembebasan umat manusia dari belenggu  kiasa Iblis dan kuasa dosa melalui rahim perempuan. Ini membuktikan bahwa perempuan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

D. PERANAN PEREMPUAN YANG TERTULIS DALAM ALKITAB

Para pembaca yang mulia, topik ini, penulis tidak ambil seluruh isi Alkitab yang tertulis tentang peranan perempuan, tapi penulis ambil sebagian kecil saja untuk contoh, bahwa perempuan tidak boleh diremehkan dan direndahkan.

Ada perempuan tua yang lanjut usia yang menantikan kelahiran Raja Damai Yesus Kristus. “…ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah tinggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem” (Lukas 2:36-38).

Elisabet istrinya Zakharia sudah tua dan mandul. “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat” (Lukas 1:6).

Malaikat sampaikan kepada Zakharia: “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes” (ay.13).

Ada perjuangan berat dan pergumulan sungguh-sungguh dari perempuan. Dalam pergumulan serius, suara perempuan  didengar, dikabulkan dan dijawab oleh Allah. Hana seorang perempuan mandul istrinya Elkana orang Efraim, “dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.”

Hana berdoa sungguh-sungguh untuk mendapatkan anaknya yang bernama Samuel.

” TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan seorang anak laki-laki, maka pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” (1 Samuel 1:10-11).

Nabi Eli sampaikan kepada perempuan Hana: “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya” ( ay.17).

Rut adalah seorang perempuan sejati  dan tangguh yang memelihara imannya kepada TUHAN Allah yang benar dan hidup walaupun dalam kehidupan yang tidak pasti dan tidak jelas mengikuti seorang perempuan tua janda yang sudah punya apa-apa dari pandangan manusia. Rut tidak melihat Naomi dari sisi materi tapi ia melihat Naomi dari imannya.

Rut berkata kepada Naomi: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ juga aku pergi, dan di mana engkau bermalam di situ juga aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; dimana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Begitulah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut.” (Rut 1:16-17).

Ester memainkan peran penting dan mengambil tanggungjawab menyelematkan bangsa Yahudi dalam kekuasaan raja Ahasyweros yang direncanakan untuk dimusnahkan oleh Haman.

Raja Ahasyweros bertanya kepada Ester: “Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi. ” (Ester 7: 2).

Jawab Ester, sang ratu: “Ya, raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba hamba atas keinginan hamba. Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipinahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kalau kami hanya dijual sebagai budak kaki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja” (ay.3-4).

Raja Ahasyweros beranya kepada Ester. “Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?” (ay. 5).

Ratu Ester menjawab: “Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini” ( ay. 6).

Hasil perjuangan dan kerja keras Ester, sehingga bangsa Yahudi diselamatkan dari rencana jahat pemusnahan dari Haman. Ester menjadi pahlawan, pelindung, penjaga, penyelamat dan pemelihara keberlangsungan mada depan yang baik dan damai bagi bangsa Yahudi.

Kita melihat peran perempuan, Kitab Perjanjian Lama, Allah menghadirkan tokoh-tokoh sebagai nabiah perempuan yang hebat yang lain sudah disebutkan.

Peran Miryam sebagai nabiah, “Lalu Miryam, nabiah itu, saudara-saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka: “Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut” (Keluaran 15:20-21).

Nabiah Hulda juga dihadirkan Allah untuk bernubuat. “Maka pergilah Hilkia dengan orang-orang yang disuruh raja kepada nabiah Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian…..mereka berbicara kepadanya sebagaimana yang diperintahkan. Perempuan itu menjawab mereka: ….Sesungguhya Aku akan mendatangkan atas tempat ini dan atas penduduknya….karena mereka meninggalkan Aku dan membakar korban kepada Allah lain….” (2 Tawarikh 34: 22-25).

Debora dihadirkan TUHAN di tengah-tengah bangsa Israel yang membisu, diam dan takut.

“Pada hari itu bernyanyilah Debora….Karena pahlawan-pahlawan di Israel siap berperang, karena bangsa itu menawarkan dirinya dengan sukarela,…Penduduk pendusunan diam-diam saja di Israel, yang mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel” (Hakim-Hakim 5:1,7).

Adapun dua perempuan hebat yang disebutkan nama mereka oleh rasul Paulus, yaitu: Lois dan Eunike yang telah memainkan peran sangat penting dengan  mendidik, membina dan membangun iman, watak, karakter serta membentuk kepribadian yang kokoh seorang muda yang bernama Timotius. 

Rasul Paulus menjadikan referensi iman neneknya Timotius, Lois dan Eunike  ibunya Timotius untuk meneguhkan, menguatkan Timotius dalam tugas penggembalaan atau misi Kerajaan Allah.

“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” ( 1 Timotius 1:5).

Akhir dari refleksi ini, penulis mengambil salah contoh dan ini bukan satu-satunya, tapi diambil khusus sejarah utusan Injil misi Baptis pertama dari Australia
pada tahun 1882 ke Bengal, Negara Banglandesh, India bagian Timur dan bagian Barat dari Myanmar.

Para utusan Injil sebagai misionaris pertama yang merintis sejarah pekabaran Injil di Australia adalah gadis-gadis atau nona-nona dari Australia bukan laki-laki Australia.

Dari orang-orang  Baptis dari Australia Selatan (South Australians) pada tahun 1882 mengutus Ellen Arnold dan Marie Gilbert untuk melayani sebagai misionaris ke Bengal dan pada tahun 1885 diutus lagi  Martha Plested, Marion Fuller, Ruth Wilkin, dan Alice Pappin.

Lima perempuan masih gadis dipakai Tuhan Yesus Kristus sebagai alatnya untuk membuka pintu perluasan Kerajaan Allah kepada suku-suku di Bengal dan sekarang telah diorganisir dalam satu wadah resmi, yaitu Australian Baptist Missionary Society (ABMS) yang diubah menjadi Global InterAction (GIA).

Gadis-gadis Australia bernama  Ellen Arnold dan Marie Gilbert  (1882) dan Martha Plested, Marion Fuller, Ruth Wilkin, dan Alice Pappin (1885) telah diutus oleh Gereja Tuhan untuk melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus.

Yesus mendekati mereka (lima gadis Australia ini  dan perempuan-perempuan sekarang ini) dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:18-20).

Dokter Lukas menegaskan tentang perintah Yesus Kristus dan kuasa Roh Kudus ini, sebagai berikut: “…kamu (lima perempuan Australia ini) akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (termasuk di wilayah Bengal-India) (Kisah Para Rasul 1:8).

Injil adalah kabar baik, kabar sukacita, kabar damai yang mendamaikan Allah dengan manusia, damai antara manusia dengan sesamanya dan yang mendamaikan manusia dengan alam, kabar yang menyelamatkan, kabar yang membebaskan, kabar yang memberikan pengharapan jaminan kepastian hidup kekal bagi orang-orang beriman dan percaya kepada Injil itu.

Kabar yang mengangkat martabat manusia. Kabar yang membuat setiap manusia memiliki kehormatan dan harga diri. Kabar yang meruntuhkan tembok-tembok permusuhan. Kabar yang membawa perubahan kehidupan sosial. Kabar yang membuat kehidupan politik stabil dan tertib. Kabar yang membawa pertobatan, pembaharuan, perubahan dan kelahiran baru.

Injil adalah kabar kelahiran Yesus Kristus, kematian Yesus Kristus, dan kebangkitan Yesus Kristus harus disampaikan kepada semua suku bangsa, karena tidak ada keselamatan di luar Yesus Kristus.

“Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga, selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:12).

Tuhan Yesus Kristus dengan tegas mengatakan kepada Simon, dan murid-murid-Nya dan kepada kita sekarang ini:

“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Ita Wakhu Purom, 12 November 2021.

Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP).